Aspek Kehidupan Sosial Bernegara
A. Politik Pendidikan
Pendidikan
adalah sala satu bentuk interaksi manusia. Pendidikan adalah suatu
tindakan sosial yang pelaksanaanya dimungkinkan melalui suatu jaringan
hubungan- hubungan kemanusiaan. Jaringan-jaringan inilah bersama dengan
hubungan-hubungan dan peranan peranan individu di dalamnyalah yang
menentukan watak pendidikan di suatu masyarakat.
Jika politik dipahami sebagai “
praktik kekuatan, kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat dan pembuatan
keputusan- keputusan otoritatif tentang alokasi sumberdaya dan nilai-
nilai sosila”. Maka jelaslah bahwa pendidikan tidak lain adalah sebuah
bisnis politik
Politik
adalah bagian dari paket kehidupan lembaga- lembaga pendidikan. Bahkan
menurut Baldridge, lembaga- lembaga pendidikan dipandang sebagai sitem
politik mikro, yang melaksanakan semua fungsi utama sistem- sistem
politik.
Hal
ini menegaskan bahwa pendidikan dan politik adalah dua hal yang saling
berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan
selalu mengandung unsur- unsur politik, begitu juga sebaliknya setiap
aktivitas politik ada kaitanya dengan aspek- aspek kependidikan.
B. Aspek-Aspek Dalam Pendidikan
Pendidikan
tidak akan terlaksana secara baik bila tidak memandang pada bermacam-
macam aspek. Yang dimaksudkan dengan aspek disini adalah sudut pandang,
maka sudut pandang tersebut sangat menentukan dalam mempertimbangkan
sesuatu. Dalam Pendidikan, memang ada beraneka ragam aspek, di antara
aspek yang dominan adalah politik dan sosial.
- Aspek politik dalam pendidikan
Sebagaimana di maklumi bahwa yang hendak dituju oleh pendidikan nasional ialah pendidikan yang yang
menuju kepada masyarakat industri yang tidak terlepas dari tujuan
politik ideologi bangsa kita sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang
Undang Dasar 1945, Pancasila dan GBHN. Sistem Pendidikan Nasional telah
merumuskan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan, yaitu : Pendidikan
Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemajuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan nasional; Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekertu luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Apabila
dilihat rumusan tersebut di atas, kelihatannya sudah jelas dan
sistematik serta merupakan kerangka acuan bagi politik pendidikan
nasional dalam semua aspek pendidikan. Sebenarnya rumusan ini merupakan
penjabaran dari politik ideologi nasional ke dalam sektor pendidikan.
Pada dasarnya pembangunan dalam sektor pendidikan adalah aspek dari
pembangunan politik bangsa, yang tidak lain sebagai konsistensi antara
arah politik dengan cetak biru pembangunan bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (HAR. Tilaar, 2003:161).
Tujuan
nasional sebagai ideologi dasar dari masyarakat dan bangsa kita
menjiwai terbentuknya masyarakat industri modern, ideologi pembangunan
dan politik pendidikan nasional. Ilmu pengetahuan,
teknologi serta informasi sangat menentukannya, karenanya sangat perlu
diketahui oleh masyarakat serta berkembangnya kehidupan demokrasi. Maka
demokrasi modern memerlukan rakyat yang selain berpaham nasionalis itu
juga berwatak demokrat. Baik paham nasionalisme maupun watak demokrat
tidaklah tumbuh sendiri, melainkan harus dididikan melalui proses
sosialisasi pendidikan politik.
Dengan demikian, masyarakat industri modern adalah masyarakat yang mengacu pada kualitas dalam segala aspek
kehidupan, kualitas tersebut akan hidup dalam masyarakat yang tinggi
disiplinnya. Justru itu masyarakat industri modern yang diinginkan tidak
dapat dilepaskan dari dasar Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
serta GBHN, dengan intinya adalah pemerataan, kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat Indonesia dan pembangunan yang berbudaya nasional.
Salah
satu unsur politik pendidikan yang menunjang kehidupan masyarakat
industri modern ialah pendidikan yang memperioritaskan kepada kualitas.
Pemberian prioritas kepada kualaitas bukan berarsi suatu sistem
pendidikan yang elitis tetapi yang memberi kesempatan kepada setiap
orang mengembangkan bakat sesuai kemampuannya dengan. Pendidikan yang
selektif untuk rogram yang relevan, pendidikan untuk anak pintar,
merupakan program yang perlu dilaksanakan.
Politik pendidikan dengan sadar menyiapkan tenaga yang cukup jumlahnya dan terampil untuk mendukung
masyarakat industri perlu dengan sungguh-sungguh disiapkan.
Persoalannya ialah masyarakat industri modern yang akan kita bina adalah
masyarakat yang adil dan makmur.
Oleh
karena itu pendidikan merupakan landasan utama bagi tumbuhnya rasa
nasionalisme yang positif. Usaha ini tentu saja harus mendapat perhatian
utama dalam pendidikan dasar 9 tahun ( wajar 9 tahun ). Pelaksanaan
politik pendidikan ini menuntut cara penyajian yang efektif sesuai
dengan taraf pendidikan rakyat dan tumbuhnya kehidupan yang terbuka.
Untuk itu metodologi yang rasional dan kritis sangat diperlukan sehingga
mampu mengolah berbagai bentuk arus globalisasi.
Dalam
hal ini, akhirnya politik pendidikan nasional perlu ditata dalam suatu
organisasi yang efesien dan dikelola oleh yang profesional. Yang tidak
dapat dielakkan ialah keterpaduan antara berbagai jenis dan jenjang
pendidikan nasional sebagai sistem pengelolaan pembangunan nasional.
- Aspek sosial dalam pendidikan
Sebagaimana yang telah di ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial (Soscial Being atau
homo saphiens ). Kita sebagai manusia dilahirkan ke alam dunia ini
dalam kondisi yang lemah, tak berdaya. Karena manusia tidak berdaya,
maka dia tidak akan sanggup melangsungkan hidupnya tanpa bantuan orang
lain. Fithrah-potensi
manusia yang dibawa semenjak lahir baru dapat dan bisa berkembang dalam
pergaulan hidupnya, dan manusia yang dilahirkan itu tidak akan menjadi
manusia tanpa pengembangan potensi tersebut sebagaimana yang dikehendaki
oleh ajaran Islam. Di antara nash yang menyatakan demikian, dapat
dipahami dari surat Al-Hujurat ayat 13, yaitu:
يأيها الناس إنّا خلقناكم من ذكر او انثى و جعلناكم شعوبا و قبائل لتعارفوا
Dari
nash tersebut diatas dapat disinyalir betapa pentingnya memperdayakan
masyarakat. Untuk memperdayakan masyarakat, yang pertama adalah
mengembang kan potensinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan adalah
melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia akan berwawasan,
mempunyai bermacam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuanlah yang akan
menjadikan seseorang atau masyarakat dapat diperdayakan untuk
bermacam-macam kepentingan, baik yang berhubungan dengan pribadinya
maupun yang berkaitan dengan masyarakat. Kedua,
dengan jalan sosialitas manusia ( social being ), dalam ajaran Islam
inilah yang dikenal dengan ta’arafu-berkenalan, menjalin hubungan secara
baik. Keadaan seperti itulah yang dikehendaki oleh ajaran Islam
sekaligus memperdayakan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan,
khususnya dalam mengelola pendidikan.
Apabila seseorang telah dapat bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan kehidupan kelompoknya, berarti
orang tersebut dapat mengenal nilai yang berlaku dalam kehidupan
sosialnya, sekaligus memperkembangkan pribadinya. Dengan interaksi
sosial itu manusia dapat merealisasikan kehidupannya, sebab tanpa timbal
balik dalam interaksi sosial itu, ia tidak akan dapat merealisasikan
kemungkinan dan potensi-potensinya sebagai individu ( Gerungan, 1966 :
26 ). Mengenai
sosialitas manusia ( social being ) terlaksananya pendidikan secara
baik adalah dengan saling tolong-menolong sebagai makh luk sosial.
Pernyataan ini dapat dipertegas dengan firmanAllah:
وتعاونوا علي البرّ و التّقوي (المائدة : 2)
Aspek-
aspek sosial pendidikan dapat digambarkan dengan memandang
ketergantungan individu- individu satu sama lain dalam proses belajar.
Makhluk-makhluk bukan manusia seperti binatang buas, burung-burung, atau
serangga dapat hidup hanya berpedoman pada warisan biologis, suatu
program genetik bagi tingkahlaku makhluk hidup. Pola-pola diwarisi
mengajarnya memelihara anaknya, mencari makan, dan menjaga kawasannya.
Sebaliknya,
kebanyakan yang perlu diketahui oleh manusia tidak diprogramkan melalui
genetik. Semenjak dan masa sangat muda lagi kanak-kanak sudah harus
mulai mempelajari cara hidup yang begitu banyak macamnya.Cara hidup yang
disebut kebudayaan itu tidak dapat diwariskan secara biologis, harus
selalu dipelajari oleh setiap individu.
Sekolah,
yang merupakan institusi formal untuk belajar, mengharuskan sejumlah
persyaratan kepada pendidikan. Akibatnya, belajar di sekolah sangat
berlainan dengan yang berlaku di dalam keluarga, dalam teman-teman
sebaya, atau dalam komunitas. Jadi pendidikan dalam pengertiannya yang
sangat luas dapat dianggap sebagai suatu proses sosialisasi yang
melaluinya seseorang mempelajari cara hidupnya.
Dimensi- dimensi sosial pendidikan yang dibicarakan dalam aspek- aspek sosial pendidikan adalah:
a. aspek
sosial yang ditanamkan oleh pendidikan yang berlaku disekolah, seperti
pewarisan budaya dari generasi tua ke generasi muda. Ini berlaku pada
semua masyarakat, dahulu atau pun sekarang, termasuk dalam masyarakat
Indonesia sendiri. Juga pewarisan ketrampilan. ketrampilan dan generasi
ke generasi. ini juga berlaku di masyarakat manapun, walaupun teknologi
ketrampilan itu selalu berubah. Juga pewarisan nilai-nilai dan
kepercayaan merupakan fungsi pendidikan. Nilai-niiai scperti kejujuran,
solidaritas, gotong-royong adalah nilai-nilai yang tak dapat tidak harus
wujud kalau masyarakat itu akan hidup terus. Sebab kumpulan apapun tak
akan hidup sebagai kumpulan tanpa nilai-nilai itu sebagai pemersatu.
b. aspek
sosial yang kedua yang mempengaruhi pendidikan adalah ciri-ciri budaya
yang dominan pada kawasan-kawasan tertentu di mana sekolah-sekolah itu
wujud. Walaupun pengelompokan seperti ini tidak selalu memberi gambaran
yang jernih terhadap kelompok yang dibicarakan di situ. Sebab
faktor-faktor lain turut memainkan peranan di dalamnya, seperti
kepercayaan politik dan sosial, status sosio ekonoimi, kelas sosial,
etnik, ras, agama dan lain-lain.
c. aspek
sosila ketiga yang memainkan peranan pada pendidikan yaitu
faktor-faktor organisasi, dan segi birokrasi. Adanya sistem
adrninistrasi yang bersifat hirarkis dan biasanya berlaku pada tiap
organisasi persekolahan. Juga hubungan-hubungan dan segi formal dan
informal yang masing-masing tergantung pada sistem-sistem sosial yang
mengadakannya. Begitu juga guru dan adininistrasi, hubungan orang tua,
guru, hubungan teman-teman sebaya, dan hubungan guru, murid, semuanya
besar pengaruhnya dalam pelaksanaan pendidikan.
d. aspek
sosial keempat yang terpenting mempengaruhi pendidikan adalah sistem
pendidakan itu sendiri. Istilah sistem pendidikan bermaksud suatu pola
total masyarakat dalam institusi formal, agen-agen dan organisasi yang
meimindahkan pengetahuan dan warisan kebudayaan yang mempengaruhi
pertumbuhan sosial, spiritual, dan intelektual seseorang. Walaupun
mungkan kita menganalisa sistem pendidikan dalam kawasan kota, kota
madya, propinsi dan lain-lain, tetapi biasanva dibuat dalam bentuk lebih
besar, seperti sebuah negara.
Tidak
ada suatu sistem pendidikan yang tetap dan statis. Perlu juga disadari
bahwa sistem pendidikan selalu dipengaruhi oleh
kecenderungan-kecenderungan dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya,
spiritual, ekonomi, dan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar